Jumat, 28 Agustus 2009

Boomerang...

Beberapa menit yang lalu salah seorang adik kelas mengirimiku sms yang isinya “kemampuan melihat gelombang dibawah permukan air yang tenang, itulah kelebihan negarawan dari politisi yang asyik bersaing”. Ntah benar atau tidak, aku menafsirkan sendiri maknanya dan mengirimkan balasan yang menurut ku seharusnya dapat menyindirnya.

Sedikit cemas, karena sms balasan yang aku kirim terkesan sangat kaku karena sama sekali tak ada penggunaan emoticon atau tambahan kata “he” yang maksudnya salam damai. Aku menantikan sms balasannya dengan mengira-ngira bentuk balasan yang ia kirim, marahkah atau sebaliknya?. Dan syukur Alhamdulillah setelah menunggu beberapa saat ternyata ia tidak marah, terbaca dari salam damai yang ia kirim (ya semoga itu benar-benar refleksinya saat itu).

Well,, komunikasi itu akhirnya berlanjut hingga akhirnya ia menjawab bahwa ia membutuhkan waktu. Waktu, ya waktu selalu jawaban itu yang aku dapat dari mereka yang “pergi”. Kata yang menurut aku sangat dalam maknanya. Cara ampuh seseorang untuk menghindar dari rentetan pertanyaan dan bujukan dari orang lain. Waktu, kata yang mampu membunuh sesorang secara perlahan-lahan yang obat penawarnya adalah diri sendiri. Waktu, kapan kita berhenti menjadikannya sebagai alibi bahwa kita memang manusia yang kurang bersyukur atas apa yang telah Tuhan beri.

Dua tahun belakangan ini aku mendapatkan banyak hal, aku mengenal dunia yang benar-benar sangat berbeda. Mengambil langkah tuk merubah haluan hidup adalah awal yang menurutku sangat nekat saat itu karena tidak ditunjang dengan pengetahuan yang memadai. Well, I’am not the one who care about anything. Hanya berfikir bagaiman hidup dengan senang dan menikmatinya sebaik-baik mungkin. Just it, tidak pernah menyangka akan ikut pada bus satu jalur ini. Bus yang membuat aku pusing, mual, dan ingin teriak sekencang-kencangnya dengan satu kata “STOP!!!” yang hingga saat ini hanya bisa di teriakkan dalam hati (dengan versi, stop!! memikirkan kata “STOP”). Bus yang sangat unik, yang belakangan banyak dipertanyakan, siapa pengemudinya dan siapa kondekturnya. Ahh biarkan mereka mecari tahu sendiri.
Balik lagi ke si “adik” tadi, masih teringat betapa ia semangat di awal-awal, semangat yang dimiliki semua anak yang baru bertemu dengan dunia baru seperti aku dulunya. Sekarang ia berhenti dengan kata vakum. Menurutnya, tidak penting baginya ada atau tidak ada yang penting adalah ia masih bagian dari teman-teman yang lain.

Tidak salah, pemikiran itu sama sekali tidak salah karena menurut aku setiap orang punya cara sendiri untuk berkontribusi. Namun pertanyaannya, mampukah kita menjamin pada diri sendiri untuk tetap konsisten dengan hal itu? Tanpa sedikitpun bergeser dari prinsip awal??. Wallahu’alam bisshowab. Tidak ada yang bisa menjamin. Karena Allah selalu punya rencana di balik semua kejadian. Baik di awal belum tentu baik akhirnya (Semoga kita semua termasuk yang baik di awal dan akhirnya)

Kalimat di atas adalah kalimat yang kurang lebih di sampaikan MR padaku setahun yang lalu. Kalimat yang buat aku memutuskan tuk bertahaan paling tidak saat itu. Dan benar saja, dari mereka yang pergi aku belajar bahwa manusia memang seharusnya tidak berjalan sendiri dengan waktu yang terus bergulir karena banyak kejadian yang tidak akan dapat kita prediksi dengan logika yang rasional. Semua rencanaNYA dan manusia hanya memilih.

Ahh kenapa aku sedikit takut menulis ini. Takut di cap sok benar dan takut dicap sebagai manusia yang sok tahu (Semoga bukan bentuk dari su’udhon kepada pembaca). Tapi apapun itu, tulisan ini adalah refleksi dari ketakutanku, karena seperti yang aku sampaikan sebelumnya, aku di sini dengan modal nekat tanpa pengetahuan tentang apa ini dan itu. Yang aku percaya dan yakin aku adalah kader dakwah bukan kader paartai politik tertentu atau kader dengan berbagai macam kepentingan. Aku adalah Laskar Tuhanku dan cukuplah alasan itu yang membuatku ada di sini. Bagamaimana dengan kamu??

Satu hal (yang aku kutip dari sorang teman) cerdas atau intelektualitas tidak menjamin seseorag akan mampu memilih yang baik dan yang buruk kecuali satu dengarkan isi hati yang terdalam (dan aku menyebutnya thesoulofmine) InsyaAllah Allah akan menuntun. Jadi manusia yang sukses adalah manusia yang mampu mendengarkan kata hatinya, hal itu sudah mencakup kecerdasan-kecerdasan lainnya. Hahaha benar-benar sotoy marotoy, menarik kesimpulan sendiri.

Sekali lagi ini adalah bentuk ketakutanku dan semoga tulisan ini bisa jadi BOOMERANG buatku setiap saat.

Pesan terakhir yang aku kirim pada si “adik”. Taka pa tak ikut atau vakum asalkan tetap ikut tarbiyah atau LQ. Benerkan kalau jiwa juga butuh makanan bergizi, tidak hanya tubuh. Hmm semoga ia bisa semangat lagi suatu saat nanti, aamin.

Seperi kondisi jiwa saat ini yang sedang bimbang, gersang, bingung, takut, dan FUTHUR. Hahahaha FUTHUR mengingatkanku pada smsnya, si teman yang selalu mencari jalan Rabbnya two thumbs up untuknya ^_^ .

SEMANGAT ANAK NEGERI…..YEAH!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar